Asal-usul kata Dieng memiliki dua versi. Yang pertama, berasal dari Di yang berarti tempat yang tinggi dan Hyang
yang artinya Khayangan. Jadi Dieng bisa berarti daerah pegunungan
tempat dewata bersemayam. Versi lainnya, Dieng berasal dari kata Edi yang artinya cantik atau indah, dan Aeng (aneh). Maka Dieng merupakan tempat yang indah sekaligus penuh keanehan (misteri).
Keindahan panorama seiring
dengan legenda yang berkembang. Sebagai tujuan wisata utama, Telaga
Warna memiliki tiga macam cerita legenda. Semua berhubungan dengan dunia
pewayangan. Secara ilmiah, warna yang terbentuk karena refleksi batu
dan ganggang yang tumbuh di dasar telaga. Telaga warna merupakan ikon Dataran Tinggi Dieng, dan merupakan obyek
yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Sekalipun letaknya tersembunyi
di balik bukit, banyak wisatawan yang penasaran dan ingin menyaksikan
seperti apa rupa telaga ini.
Lukisan Ilustrasi Pemandangan Dieng |
Pemandangan Dieng |
Telaga Warna, tujuan utama wisatawan / http://script-media.net |
Goa Semar di kompleks Telaga Warna. |
Pembentukan dataran tinggi Dieng (Dieng Plateu) diperkirakan berasal
dari gunung api tua yang mengalami dislokasi. Lalu terciptalah dataran
dari kawah gunung purba tersebut. Terbentuknya patahan dari arah Barat
Laut hingga Tenggara, memunculkan gunung-gunung kecil seperti Gunung
Alang, Gunung Nagasari, Gunung Panglimunan, Gunung Pangonan, Gunung
Gajahmungkur, dan Gunung Pakuwaja yang mengelilingi kawasan Dieng.
Boleh jadi, struktur yang luas ini merupakan gabungan kaldera serta
beberapa stratovolkano. Sejarah geologi dataran tinggi Dieng dapat
dilihat di Dieng Plateu Theater (DPT). Letaknya dekat dengan kawasan
wisata Telaga Warna.
Kawah-kawah banyak tercipta dari proses pembentukan dataran tinggi ini. Kawah Sileri yang tercipta karena pergerakan tanah, amblas tiba-tiba di tahun 1944 dan menelan satu desa. Terdapat juga Kawah Sikidang, lalu Kawah Candradimuka yang sering mengeluarkan suara menggelegar. Namanya sesuai kisah pewayangan, tempat bayi bernama Gatotkaca ditempa hingga tumbuh sebagai manusia super “otot kawat tulang besi”.
Sementara menurut legenda, Dieng bermula saat kondisi alam di tanah Jawa penuh gejolak.Dongeng ini Akhirnya mencomot sebagian puncak Himalaya dan ditancapkan di tengah-tengah Pulau Jawa sebagai pasak, sehingga manusia bisa menempati pulau ini dengan tenang.
Seorang budayawan lokal mempertegas posisi sentral Dieng dengan argumen berikut, “Coba posisikan Pulau Jawa dalam sebuah bingkai, lalu dari sudut-sudut bingkai tersebut tarik garis diagonal. Aneh tapi nyata, titik pertemuan dua garis diagonal tepat di daerah Dieng.”
Kawah-kawah banyak tercipta dari proses pembentukan dataran tinggi ini. Kawah Sileri yang tercipta karena pergerakan tanah, amblas tiba-tiba di tahun 1944 dan menelan satu desa. Terdapat juga Kawah Sikidang, lalu Kawah Candradimuka yang sering mengeluarkan suara menggelegar. Namanya sesuai kisah pewayangan, tempat bayi bernama Gatotkaca ditempa hingga tumbuh sebagai manusia super “otot kawat tulang besi”.
Sementara menurut legenda, Dieng bermula saat kondisi alam di tanah Jawa penuh gejolak.Dongeng ini Akhirnya mencomot sebagian puncak Himalaya dan ditancapkan di tengah-tengah Pulau Jawa sebagai pasak, sehingga manusia bisa menempati pulau ini dengan tenang.
Seorang budayawan lokal mempertegas posisi sentral Dieng dengan argumen berikut, “Coba posisikan Pulau Jawa dalam sebuah bingkai, lalu dari sudut-sudut bingkai tersebut tarik garis diagonal. Aneh tapi nyata, titik pertemuan dua garis diagonal tepat di daerah Dieng.”
Sebagai situs bersejarah, candi yang terdapat di Dieng menjadi bukti
keluhuran budaya bangsa berabad lampau. Setidaknya ada 8 candi masih
kokoh berdiri. 5 candi berkumpul dalam satu kompleks, yang disebut
kelompok Candi Arjuna. Berjejer dari Utara ke Selatan yaitu Candi
Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Sementara
Candi Semar persis di depan Candi Arjuna.
Tiga candi lainnya terpisah dari kelompok tadi. Candi Dwarawati letaknya
di kaki Gunung Prau. Ada 75 anak tangga untuk mencapai candi ini. lalu
Candi Bima di dekat tempat wisata Kawah Sikidang. Bentuk candi ini
paling besar. Di bagian atap terdapat relung dengan relief kepala yang
disebut kudu. Terakhir, Candi Gatotkaca. Lokasinya dekat Museum Dieng
Kailasa.
Kelompok Candi Arjuna /heritages.files.wordpress.com |
Penulis meliput ritual dalam Candi Bima / foto: Bhrahu Pradipto |
Di dalam museum inilah berbagai temuan seperti arca dan artefak lainnya
dipamerkan. Arca dewa/dewi Hindu seperti Civa (Shiva/Shiwa), lalu
Nandi–kendaraan Civa berbentuk manusia berkepala lembu. Juga terdapat
ruang pemutaran film tentang Dieng dan cara pembuatan candi. Semua
candi di Dieng dibangun pada masa pemerintahan Ratu Sima, keturunan
Dinasti Sanjaya (Hindu) yang memerintah Kerajaan Kalingga.
Letak Dieng di ketinggian 2.093 DPL (Di atas Permukaan Laut), suhu di
malam hari 10 – 24 C dan 22 – 30 C di siang hari. Ketika musim kemarau
tiba, suhu di tempat ini justru lebih rendah, 15 – 20 C di siang hari
dan 8 - 12 C di malam hari. Bahkan, saat cuaca ekstrim bisa mencapai
titik beku 0 C. Pada kondisi tersebut, menjadi masa petaka bagi petani
(mayoritas berkebun kentang, selain strawberi, carica, purwaceng, dan
wasabi). Tanaman mereka bisa mati.
Alam bisa ramah atau berubah kejam. Para pakar terus mencari tahu jawabnya. Mungkinkah pengaruh perubahan iklim akibat pemanasan global? Bagaimanapun Dieng tetap menyajikan panorama indah negeri khayangan dalam balutan misteri.
Alam bisa ramah atau berubah kejam. Para pakar terus mencari tahu jawabnya. Mungkinkah pengaruh perubahan iklim akibat pemanasan global? Bagaimanapun Dieng tetap menyajikan panorama indah negeri khayangan dalam balutan misteri.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
Sumber :
Edit by adhan
---------------
Milik: Apakabardunia.com - courtesy: Majalah Warisan Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar