Kamis, 31 Juli 2014

Tanda - Tanda Kiamat Kecil dan Besar



Di antara tanda-tanda kiamat kecil ialah muncul banyak fitnah, banyak terjadi pembunuhan, perbuatan hina merajalela, perbuatan keji dan kemungkaran semisal zina, minum arak, perjudian, merasa bangga dengan perbuatan buruk dilakukan secara terang-terangan. Sehingga, orang yang berpegang teguh pada agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api.
Demikianlah pula termasuk di antara tanda-tanda kiamat kecil ialah dicabutnya ilmu, kebodohan nampak, kuantitas kaum perempuan banyak sekali, kaum laki-laki hanya sedikit, sutra banyak dipakai, banyak orang menjadi penyanyi, seseorang melewati kuburan orang lain, lalu dia berkata, “Seandainya saja aku berada di posisi dia.”

Termasuk di antara tanda-tanda kiamat kecil ialah muncul para dai yang menyesatkan, para pemimpin yang menyimpang, amanat disia-siakan dengan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya. Demikian pula minimnya kebaikan, jarang hujan, sering terjadi gampa, banjir, harga-harga barang melangit, kaum perempuan keluar dengan menanggalkan pakaian, berpakaian tapi telanjang.
Di samping itu, termasuk di antara tanda-tanda kiamat kecil ialah terjadinya peperangan yang menentukan antara kaum Yahudi dan kaum muslimin. Akhirnya kaum muslimin membunuh mereka sehingga orang-orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu pohon atau batu tersebut berbicara, “Wahai orang muslim, wahai hamba Allah! Ini orang Yahudi di belakang saya. Kemarilah, bunuh dia!” Kecuali pohon Gharqad, karena sesungguhnya pohon Gharqad termasuk pohon orang Yahudi.

Di samping itu, termasuk tanda-tanda kiamat kecil ialah waktu berjalan terasa cepat, sehingga setahun seakan-akan hanya sebulan, sebulan seakan-akan hanya satu jam, dan satu jam bagaikan bara api yang membakar.
Termasuk pula di antara tanda-tanda kiamat kecil ialah menyia-nyiakan shalat, menuruti hawa nafsu, Orang pendusta dibenarkan, dan orang yang jujur didustakan, orang yang berkhianat dianggap dapat dipercaya, orang yang dapat dipercaya dianggap berkhianat. Alquran menjadi lenyap. Yang tersisa hanyalah tulisannya, mushaf-mushaf dihias dengan emas, kaum perempuan jadi pembicara, dan masjid-masjid juga dihias.

Diantara tanda-tanda kiamat besar ialah sebagai berikut:

Terbitnya matahari dari arah barat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kiamat tidak akan datang sebelum matahari terbit dari arah Barat. Apabila orang-orang melihat hal ini, maka semua orang yang ada di atasnya beriman. Hal ini pada saat tidak berguna lagi iman seseorang yang memang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu.”

Kabut
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Maka Tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas yang meliputi manusia. Inilah adzab yang pedih.” (QS. Ad-Dukhan: 10-11)
Yang dimaksud dengan dukhan dalam ayat ini ialah kabut tebal yang memenuhi antara langit dan bumi yang muncul sebelum kiamat datang yang mengambil nafas orang-orang kafir sehingga mereka hampir tercekik sedangkan bagi orang-orang mukmin seperti mengalami pilek. Kabut ini berlangsung di muka bumi selama empat puluh hari.

Munculnya Dabbah (binatang) yang dapat berbicara dengan manusia
Di antara tanda-tanda kiamat besar ialah keluarnya Dabbah (binatang) dari dalam bumi yang dapat berbicara dengan manusia dengan bahasa yang fasih yang dapat dipahami oleh semua yang mendengarnya. Dabbah itu mengabarkan kepada mereka bahwa manusia dahulu tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Dabbah ini muncul di akhir zaman pada saat manusia telah mengalami kebobrokan, mereka meninggalkan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan mengganti agama yang benar. Lantas Dabbah berbicara kepada mereka, “Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat kami.” Dabbah ini keluar dengan membawa tongkat Nabi Musa ‘alaihissalam dan cincin Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Hidung orang-orang kafir diberi cap dengan cincin. Dan wajah orang mukmin menjadi terang berkat tongkat tersebut sehingga dapat dikenali antara orang mukmin dan orang kafir.

Munculnya al-Masih Dajjal
Dia dinamai al-A’war ad-Dajjal karena dia buta sebelah matanya yang kanan. Fitnahnya merupakan fitnah terbesar yang menimpa orang-orang di akhir zaman. Al-A’war ad-Dajjal tidak hanya mengaku-aku sebagai nabi, bahkan dia juga mengaku-aku sebagai tuhan. Muncul beberapa hal-hal yang luar biasa melalui kedua tangannya sebagai bentuk istidraj dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya dan sebagai ujian bagi para manusia. Dia berkata kepada langit, “Hujanlah!” Maka langit pun menurunkan hujan. Dia berkata kepada bumi, “Keluarkanlah tanamanmu dan kekayaan yang kau pendam!” Maka bumi pun mengeluarkannya. Dia dapat membunuh manusia lalu menghidupkannya kembali. Dia mengelilingi seluruh permukaan bumi. Semua daerah yang dia masuki pasti dia berbuat kerusakan di dalamnya kecuali Mekah dan Madinah. Sebab, jika dia hendak memasukinya, dia menjumpai malaikat yang menjaganya, makanya dia kembali dan gagal. Dajjal kali pertama muncul di sebuah kota yang bernama Asfihan. Pada awalnya dia diikuti oleh tujuh puluh ribu orang Yahudi. Kemudian dia diikuti oleh orang-orang rendahan, orang-orang bodoh, dan rakyat jelata. Dia berada di muka bumi selama empat puluh hari. Ada sehari yang bagaikan setahun. Ada yang sehari bagaikan sebulan. Dan ada sehari yang bagaikan sepekan. Selebihnya, hari-hari sebagaimana hari-hari biasa.
Semua keterangan ini terdapat di dalam hadis-hadis shahih. Kami akan menuturkan sebagian di antaranya dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tidak ada seorang nabi pun melainkan memberi peringatan kepada umatnya mengenai orang buta sebelah yang pendusta. Ingalah bahwa dia buta sebelah. Sesungguhnya Rabb kalian tidak buta sebelah. Di antara kedua matanya tertulis ‘kafir’ yang dapat dibaca oleh semua muslim.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya Dajjal keluar dengan membawa air dan api. Maka, air yang dilihat oleh orang-orang sesungguhnya adalah api yang membakar. Sedangkan api yang dilihat oleh orang-orang, sesungguhnya adalah air yang dingin dan segar. Barangsiapa di antara kalian yang menjumpai hal ini, maka hendaklah dia menjatuhkan diri pada sesuatu yang dilihatnya api, karena sesungguhnya hal itu adalah air segar yang baik.”
An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan tentang Dajjal pada suatu pagi. Beliau merendahkan tetapi juga meninggikan suaranya, sampai-sampai kami menduga bahwa Dajjal berada di satu sisi pohon kurma.” (Maksudnya, beliau merendahkan suaranya dengan menyebutkan bahwa dia buta sebelah dan di antara kedua matanya tertulis ‘kafir’. Beliau juga memandang besar fitnah Dajjal karena mencakup hal-hal yang luar biasa. Artinya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh mengganggap dekat munculnya Dajjal. Beliau menggunakan redaksi yang bermacam-macam, baik yang merendahkan maupun yang meninggikan –redaksi sehingga kami menduga- untuk bersungguh-sungguh dalam menganggap dekat –bahwa Dajjal berada di satu sisi pohon kurma- di (Madinah).
Beliau bersabda, “Selain Dajjal yang lebih saya khawatirkan atas diri kalian. Apabila dia muncul sedangkan saya masih ada di antara kalian, maka sayalah yang akan mematahkan hujjahnya untuk membela kalian. Apabila dia muncul dan saya sudah tidak ada di antara kalian, maka tiap-tiap orang membela dirinya sendiri. Allah yang menggantikan diriku atas setiap orang muslim. Dajjal adalah pemuda yang berambut keriting, matanya sayu, seakan-akan saya menyamakannya dengan Abdul Uzza bin Qathan (seseorang yang binasa pada masa jahiliyah). Barangsiapa bertemu dengannya, maka bacakan kepadanya bagian pembukaan surat Al-Kahfi. Dia muncul di daerah antara Syiria dan Irak. Dia membuat banyak kerusakan di kanan dan di kiri. Wahai hamba-hamba Allah! Tetaplah (pada keimanan dan janganlah melenceng darinya).” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah! Berapa lama dia berada di muka bumi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Empat puluh hari. Yang sehari bagaikan setahun. Sehari lagi bagaikan sebulan. Dan sehari lagi bagaikan sepekan. Sedangkan hari-hari lainnya seperti hari-hari biasa.

Kami kembali bertanya, “Wahai Rasulullah! Pada sehari yang bagaikan setahun, cukupkah bagi kami melakukan shalat untuk sehari dalam hari tersebut?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak. Perkirakanlah kadar waktunya.”
Kami bertanya lagi, “Wahai Rasulullah! Seperti apakah kecepatan Dajjal di bumi?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bagaikan mendung yang ditiup angin. Dia mendatangi suatu kaum, lalu dia mengajak kaum tersebut, kemudian mereka beriman kepadanya dan menerimanya. Lantas dia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka langit pun menurunkan hujan. Dia memerintahkan bumi untuk mengeluarkan tanaman, lantas bumi pun menumbuhkan tanamannya, sehingga binatang-binatang ternak mereka kembali di penghujung siang dalam keadaan yang sangat baik, punuknya besar, serta gemuk dan kenyang. Kemudian dia mendatangi kaum lain, lalu dia mengajak kaum tersebut, dan ternyata kaum ini menolaknya (mereka masih teguh dengan ketauhidannya), lantas dia berpaling dari kaum tersebut, lantas mereka mengalami paceklik (tidak ada hujan turun di wilayah mereka dan rerumputan menjadi kering). Tidak ada harta apa pun di tangan mereka dan mereka berjalan melewati reruntuhan, kemudian Dajjal berkata pada reruntuhan tersebut, ‘Keluarkanlah harta pendamanmu,’ maka harta pendaman reruntuhan tersebut mengikutinya sebagaimana ratu lebah. Selanjutnya Dajjal memanggil seorang pemuda kekar, lalu dia membelahnya dengan pedang menjadi dua bagian yang terpisah jauh sejauh lemparan, kemudian dia memanggilnya lagi, lantas potongan tubuh itu menghadap dengan wajah yang berseri-seri sambil tertawa.

aDalam kondisi yang demikian, selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Isa Al-Masih bin Maryam ‘alaihissalam. Beliau turun di menara putih sebelah timur Damaskus, mengenakan dua pakaian yang diwarnai, seraya meletakkan kedua telapak tangannya pada sayap dua malaikat. Ketika beliau menundukkan kepalanya, keringat bercucuran bagaikan permata. Orang kafir tidak mungkin mencium nafasnya kecuali langsung mati. Nafas beliau sampai sejauh mata memandang. Kemudian Nabi Isa mencari Dajjal sehingga beliau menemukannya di Bab Lud (nama tempat Syiria) lalu nabi Isa membunuhnya. Selanjutnya Nabi Isa mendatangi kaum yang telah dilindungi oleh Allah dari Dajjal, lalu beliau mengusap wajah-wajah mereka, beliau menjelaskan kepada mereka derajat mereka di surga.
Dalam kondisi demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi wahyu kepada Nabi Isa ‘alaihissalam, ‘Sungguh, Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku. Tidak ada seorang pun yang mempunyai kemampuan untuk memerangi mereka. Kumpulkanlah mereka ini ke bukit Tursina (Jadikanlah bukit Tursina sebagai benteng).’ Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirim Ya’juj Ma’juj. Mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Orang pertama di antara mereka melewati danau Thabariyah, lalu mereka meminum airnya. Orang terakhir juga melewatinya, lalu mereka berkata, ‘Sungguh, tadi ada di danau ini banyak airnya.’ Nabi Isa ‘alaihissalam beserta sahabat-sahabatnya semakin kepepet, sehingga kepala sapi bagi salah seorang di antara mereka lebih baik dari pada seratu dinar bagi kalian semua hari ini (lantaran mereka sangat membutuhkan makanan), kemudian Nabi Isa beserta sahabat-sahabatnya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Mereka memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar gangguan Ya’juj Ma’juj segera dihilangkan), lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirim cacing di dalam hidung unta dan kambing pada leher-leher mereka. Lantas mereka pun mati sekaligus. Kemudian Nabi Isa ‘alaihissalam beserta sahabat-sahabatnya turun ke bumi. Ternyata mereka tidak menemukan tempat sejengkal pun di muka bumi kecuali dipenuhi oleh bau busuk. Lantas Nabi Isa beserta sahabat-sahabatnya memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian Allah mengirimkan burung-burung semisal leher unta. Burung-burung itu membawa bangkai Ya’juj Ma’juj lalu dilemparkan sesuai kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan hujan yang tidak dapat ditahan oleh tanah keras dan gandum. Maka, bumi pun dicuci bersih sehingga seperti kaca. Kemudian dikatakan kepada bumi, ‘Tumbuhkanlah buah-buahmu dan kembalikanlah berkahmu.’ Pada hari itu sekelompok orang memakan delima dan mereka berteduh dengan kulitnya, air susu sangat diberkahi. Bahkan, seekor unta yang hampir melahirkan mencukupi untuk sekelompok orang banyak. Seekor sapi yang hampir melahirkan mencukupi untuk satu kabilah. Seekor kambing yanghampir melahirkan mencukupi satu suku. Dalam kondisi demikian, tiba-tiba Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan angin yang baik, lalu angin ini mengena mereka di bawah ketiak mereka, sehingga ruh setiap orang mukmin dan muslim dicabut. Yang masih tersisa tinggal orang-orang jahat. Orang-orang pun melakukan hubungan seks sebagaimana keledai (artinya, lelaki dan perempuan melakukan hubungan seks secara terang-terangan di hadapan banyak orang bagaikan keledai). Maka, dalam kondisi demikian datanglah hari kiamat.” (HR. Muslim)

Turunnya Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalam
Termasuk di antara tanda-tanda kiamat besar ialah turunnya al-Masih Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalam. Alquran dan hadis-hadis telah menunjukkan hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Tidak ada seorang pun di antara ahli kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Dan pada hari kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka.” (QS. An-Nisa: 159)
Artinya, tidak ada seorang pun dari ahli kitab melainkan akan beriman kepada Nabi Isa ‘alaihissalam menjelang kematiannya dan pada hari kiamat Nabi Isa ‘alaihissalam akan memberi kesaksian kepada mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan sungguh, dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang (kiamat) itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Az-Zukhruf: 61)
Sesungguhnya turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam merupakan tanda-tanda kiamat sudah dekat. Terdapat beberapa hadis mutawatir mengenai turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam. Sekarang ini Nabi Isa ‘alaihissalam hidup di langit. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengangkat ruhnya dan jasadnya kehadirat-Nya. Beliau akan turun ke bumi sebagai hakim yang adil yang menetapkan hukum berdasarkan syariat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Asy-Syaikhani meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang menguasai jiwaku. Sungguh, putra Maryam akan turun kepada kalian semua sebagai hakim yang adil. Lalu dia menghancurkan salib, membunuh babi, dan meniadakan pajak. Harta pun melimpah-limpah sehingga tidak ada seorang pun yang mau menerima (pemberian orang lain). Sehingga sujud sekali lebih baik dari pada dunia dan isinya.” Terdapat di dalam hadis-hadis shahih pula bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam adalah orang yang akan membunuh Dajjal. Dan setelah misi Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalam selesai, beliau meninggal dunia, lalu kaum muslimin menshalatinya dan dimakamkan di kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang suci.

Keluarnya Ya’juj Ma’juj
Ya’juj Ma’juj disebutkan di dalam Alquran Al-Karim di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Mereka berkata, ‘Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’.” (QS. Al-Kahfi: 94)
Ya’juj Ma’juj merupakan kabilah dari keturunan Yafits bin Nuh. Mereka keluar di akhir zaman setelah dinding penghalang yang dibuat oleh Dzulqarnain jebol. Lantas mereka membuat kerusakan di muka bumi dengan berbagai macam tindakan keji dan kerusakan. Saking banyaknya, mereka memakan makanan dan tanaman apa saja yang dijumpainya dan meminum danau Thabariyah sampai seakan-akan tidak pernah ada airnya.

Keluarnya api yang menggiring manusia ke padang Mahsyar
Api ini keluar dari tanah ‘Adn, yaitu api besar yang menakutkan. Tidak ada sesuatu pun yang dapat memadamkannya. Api ini menggiring manusia ke padang Mahsyar. Demikianlah di antara tanda-tanda kiamat besar. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menyelamatkan kita dari api dunia dan akhirat dan semoga Dia menyelamatkan kita dari kengerian kiamat berkat anugerah-Nya dan kemuliaan-Nya. Sungguh, Dia Maha Mendengar dan Mahadekat.



Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

Senin, 28 Juli 2014

Mengenal Masjid al-Aqsha

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِي
on March 2, 2010 in Jerusalem, Israel.
Masjid al-Aqsha adalah salah satu di antara tiga masjid mulia yang memiliki keutamaan besar bagi umat Islam. Keutamaan tersebut langsung dijelaskan oleh Allah dalam ayat-ayat Alquran dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda-sabda beliau.

Secara historis, masjid kedua yang dibangun di muka bumi ini juga memiliki peran sentral dalam perkembangan peradaban manusia, karena sejak dahulu tempat ibadah ini menjadi tempat tersebarnya syiar-syiar para nabi ‘alaihim ash-shalatu wa salam. Dan ia berada di Kota Jerusalem, sebuah kota yang menyaksikan begitu banyak nabi yang Allah utus dan berdakwah di sana, sebuah kota yang menyediakan air yang diminum oleh para utusan Allah, udara yang mereka hirup, dan tanah tempat mereka berpijak dan merebahkan tubuh mereka yang mulia.

Yang paling utama dari para nabi dan rasul itu adalah khalilu-r Rahman, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, kemudian Nabi Ishaq, Ya’qub, Dawud, Sulaiman, Musa, Harun, Zakariya, Yahya, Isa ‘alaihim ash-shalatu wa salam. Nabi Yunus ‘alaihissalam pernah membebaskannya dari orang-orang yang ingkar kepada Allah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berziarah ke sana dalam peristiwa isra mi’raj, dan nabi-nabi lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Namun, di balik berbagai keutamaan yang dimilikinya tidak sedikit umat Islam yang belum mengenalnya dan tahu tentang sejarahnya. Mudah-mudahan artikel pendek ini, bisa memberikan sedikit informasi terhadap salah satu masjid yang sangat dicintai umat Islam ini.
 http://www.beautifulmosque.com/wp-content/uploads/2013/03/MASJID-AL-AQSA-2.jpg
Nama-Nama Masjid al-Aqsha
Sebelum jauh mengenal tentang Masjid al-Aqsha, hal pertama yang hendaknya kita ketahui adalah nama-namanya.

Pertama, Masjid al-Aqsha. Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya menyebut nama masjid ini dengan Masjid al-Aqsha.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra: 1)

Kata al-aqsha artinya adalah jauh. Disebut jauh, karena letaknya yang jauh dari Masjid al-Haram (masjid pertama di muka bumi).

Kedua, al-Ardhu al-Mubarakah (tanah yang penuh keberkahan). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى الأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ
“Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Anbiya: 81)

Mengapa dikatakan penuh keberkahan? Karena di tempat ini banyak diutus nabi dan rasul dan Allah memberkahi penduduknya, tumbuh-tumbuhannya, dan buah-buahannya.

Ketiga, Baitul Maqdis (tempat suci). Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لما كذبتني قريش، قمت في الحجر فجلا الله لي بيت المقدس
“Ketika orang-orang Quraisy mendustakan aku, aku berdiri di Hijr (Hijr Ismail) kemudian Allah memperjalankan aku ke Baitul Maqdis…” (Muttafaqun ‘alaih)

Boleh juga menamakan masjid ini dengan menyebutnya Masjid al-Aqsha al-Mubarak. Adapun menamakannya dengan al-Haram asy-Syarif adalah sesuatu yang tidak tepat. Mengapa? Karena di tempat tersebut diperbolehkan berburu, menebang pohon, dan mengambil barang temuan yang semua ini dilarang dilakukan di Masjid al-Haram dan Masjid an-Nabawi. Larangan-larangan di Masjid al-Aqsha sama halnya dengan larangan di masjid-masjid lainnya, seperti: larangan transaksi jual-beli, mengangkat suara, dll.
[Al-Aqsa+n+Dome+of+the+Rock3.JPG]
Manakah Yang Disebut Masjid al-Aqsha?
Di sini banyak sekali terjadi kekeliruan, ketika disebut Masjid al-Aqsha banyak orang menyangka bahwa Masjid al-Aqsha adalah salah satu bangunan yang ada di sana. Ada yang mengatakan Masjid al-Aqsha adalah bangunan yang memiliki kubah berwarna kehitaman atau perunggu. Pendapat-pendapat yang ada tersebut seakan saling berbenturan dan ada yang mengatakan pencitraan Qubbatu Shakhrakh (Dome of The Rock, bangunan dengan kubah berwarna kuning) sebagai Maasjid al-Aqsha adalah konspirasi Yahudi agar umat Islam tidak mengenal Masjid al-Aqsha. Benarkah demikian?
Pendapat yang insya Allah lebih tepat adalah Masjid al-Aqsha al-Mubarak merupakan nama bagi seluruh daerah yang dipagari, yang di dalamnya terdapat Qubbatu Shakhrakh, al-Jami’ al-Qibli (inti dari Masjid al-Aqsha), dan Musholla al-Marwani. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar di bawah ini :

Ket: 1. al-Jami' al-Qibli 2. Qubbatu Shakhrakh 3. Mushalla al-Marwani 4. Tembok ratapan Yahudi

Ket:
1. al-Jami’ al-Qibli
2. Qubbatu Shakhrakh
3. Mushalla al-Marwani
4. Tembok ratapan Yahudi
Mudah-mudahan sekarang jelas bagi kita mana yang disebut dengan Masjid al-Aqsha al-Mubarak.

Luas Masjid al-Aqsha
Luas Masjid al-Aqsha adalah 144 dunum (satu dunum = 100 m2). Luas Masjid al-Aqsha ini tidak bertambah dan berkurang dalam kurun sejarahnya, berbeda dengan luas Masjid al-Haram dengan Masjid an-Nabawi yang terus mengalami perluasan. Barangsiapa yang shalat dalam komplek Masjid al-Aqsha ini, baik di bawah pepohonan yang ada di sana, teras-teras bangunan, di Qubbatu Shakhrakh, atau di Jami’ al-Qibli, maka pahala shalatnya akan dilipatgandakan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Abi Dzar radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan, “Kami (para sahabat) sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu kami membicarakan mana yang lebih utama Masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Masjid Nabawi pen.) ataukah Masjid Baitul Maqdis.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صلاة في مسجدي هذا أفضل من أربع صلوات فيه ولنعم المصلى وليوشكن أن لا يكون للرجل مثل شطن فرسه من الأرض حيث يرى منه بيت المقدس خير له من الدنيا جميعا” أو قال: “خير من الدنيا وما فيها”
“Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat di Masjid al-Aqsha, dan Masjid al-Aqsha adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir tiba suatu masa, dimana seseorang memiliki tanah seukuran tali kekang kudanya, dari tempat itu terlihat Baitul-Maqdis, hal itu lebih baik baginya dari dunia seluruhnya atau beliau mengatakan lebih baik dari dunia dan segala yang ada di dalamnya.” 
(HR. Hakim dan dishahihkan oleh adz-Dzahabi)

Kaum muslimin Palestina sedang menunaikan shalat Id di Masjid al-Aqsha
Kaum muslimin Palestina sedang menunaikan shalat Id di Masjid al-Aqsha

Pembangunan Masjid al-Aqsha
Masjid al-Aqsha adalah masjid kedua yang dibangun di muka bumi ini. Tidak ada satu bentuk tempat ibadah pun yang ada di muka bumi saat Masjid al-Haram dan Masjid al-Aqsha dibangun. Para ulama berpendapat masjid ini dibangun oleh para malaikat atau oleh Nabi Adam ‘alaihissalam. Namun pendapat yang paling kuat adalah Masjid al-Aqsha dibangun oleh Nabi Adam. Jarak waktu pembangunan Masjid al-Haram dengan Masjid al-Aqsha adalah 40 tahun. Dalam Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan,

يا رسول الله: أي مسجد وُضِع في الأرض أولا؟ قال: المسجد الحرام، قلت: ثم أي؟ قال: المسجد الأقصى، قلت: كم بينهما؟ قال: أربعون سنة، وأينما أدركتك الصلاة فصل، فهو مسجد”
“Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun di muka bumi?” Beliau menjawab, “Masjid al-Haram.” Aku kembali bertanya, “Kemudian?” Beliau menjawab, “Masjid al-Aqsha.” Kutanya lagi, “Berapa tahunkah jarak pembangunan keduanya?” Beliau kembali menjawab, “40 tahun. Dimanapun engkau menjumpai waktu shalat, maka shalatlah, karena tempat (yang engkau jumpai itu) adalah masjid.”

Saat banjir besar yang melanda bumi di masa Nabi Nuh, masih bisa dijumpai sisa-sisa bangunan Masjid al-Aqsha yang dibangun oleh Nabi Adam.
Ibnu Hisyam dalam kitab at-Tijan fi Muluki-l Hamir mengatakan, “Setelah Adam ‘alaihissalam membangun Ka’bah, Allah Ta’ala memerintahkannya untuk menempuh perjalanan ke Baitul Maqdis. Jibril mengawasi (atau memperhatikan) bagaimana Baitul Maqdis itu dibangun. Setelah Nabi Adam selesai membangunnya, beliau menunaikan ibadah di dalamnya.”

http://www.atlastours.net/holyland/al_aqsa_mosque.jpg

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tinggal dan memakmurkan Masjid al-Aqsha sekitar tahun 2000 SM, kemudian dilanjutkan anak-anak beliau dari kalangan para nabi, yakni Nabi Ishaq dan Nabi Ya’qub ‘alaihimassalam. Pada sekitar tahun 1000 SM, dilanjutkan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayat sebuah hadits dari Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَمَّا فَرَغَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ مِنْ بِنَاءِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللَّهَ ثَلَاثًا: حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ، وَمُلْكًا لَا يَنْبَغِي لَأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ، وَأَلَّا يَأْتِيَ هَذَا الْمَسْجِدَ أَحَدٌ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ فِيهِ إِلَّا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ” فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا، وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ أُعْطِيَ الثَّالِثَةَ
“Ketika Nabi Sulaiman merampungkan pembangunan Baitul Maqdis, beliau memohon kepada Allah tiga permintaan: (1) Memberi putusan hukum yang sesuai dengan hukum Allah, (2) Diberikan kerajaan yang tidak patut dimiliki oleh seorang pun setelah dirinya, (3) dan agar tak seorang pun yang datang ke Masjid al-Aqsha dengan keinginan menunaikan shalat di dalamnya, kecuali dihapuskan segala kesalahannya, (sehingga ia suci) seperti saat hari kelahirannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Permintaan pertama dan kedua telah diberikan, dan aku berharap yang ketiga pun Allah kabulkan.” (HR. Ibnu Majah, no. 1408. Al-Albani mengatakan hadits ini shahih).

Secara tekstual, kita dapati hadits ini seolah-olah bertentangan dengan pendapat pertama yang mengatakan bahwa Nabi Adam-lah yang membangun Masjid al-Aqsha bukan Nabi Sulaiman. Para ulama, seperti Ibnul Jauzi, al-Qurthubi, dan selain keduanya menjelaskan bahwa yang dimaksud pembangunan oleh Nabi Sulaiman adalah perbaikan bukan membangunnya dari awal, sebagaimana Nabi Ibrahim membangun ulang Masjid al-Haram setelah Nabi Adam membangunnya pertama kali. Hal ini dikarenakan terdapat kerusakan yang diakibatkan banjir pada zaman Nabi Nuh.

Di saat Umar bin al-Khattab mengembalikan masjid ini ke pangkuan cahaya tauhid pada tahun 15 H/636 M, beliau radhiallahu ‘anhu membangun Jami’ al-Qibli sebagai inti dari Masjid al-Aqsha. Kemudian di masa kekuasaan Khalifah Bani Umayyah, Khalifah Abdul Malik bin Marwan, beliau membangun Qubbatu Shakhrakh (Dome of The Rock) dan pada masa Bani Umayyah juga Jami’ al-Qibli dan komplek Masjid al-Aqsha terus diperbaiki, setidaknya perbaikan terus berlangsung selama 30 tahun, mulai dari tahun 66 H/ 685 M – 96 H/715 M. Perbaikan itu membentuk bangunan Masjid al-Aqsha al-Mubarak seperti yang kita lihat saat ini.


http://1.bp.blogspot.com/-Sjp3Oz4X8cw/Ufo3K4yZrBI/AAAAAAAAGYU/otz92AEphzo/s1600/Real+Al-Aqsa+mosque+Jerusalem.JPG

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
 
http://kisahmuslim.com/mengenal-masjid-al-aqsha-12/
Sumber: islamstory.com
Oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com

 

Minggu, 27 Juli 2014

Memaknai Idul Fitri Sesuai Al-Qur'an & Sunnah

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِي


Seiring dengan cepatnya waktu berlalu, ternyata tanpa terasa ramadhan begitu cepatnya berjalan meninggalkan kita. Padahal kita belum maksimal membaca Al-Qur’an, belum maksimal shalat malam, belum maksimal melaksanakan shiyam dan juga belum optimal untuk melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Setetes air mata mengalir dari ujung mata, perasaan sedih bergemuruh dalam kalbu, Ya Allah, akankah ramadhan tahun depan, kami masih dapat bertemu lagi dengan bulan ramadhan?

Dahulu para salafuna shaleh, air mata mereka meleleh membasahi pipi dan lihyah lantaran Ramadhan pergi meninggalkan mereka. Terkadang dari lisan mereka terucap sebuah doa, sebagai ungkapan kerinduan akan datangnya ramadhan dan ramadhan :
اللَّهُمَّ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَرَمَضَانَ وَرَمَضَانَ...
Ya Allah SWT, anugerahkanlah lagi kepada kami bulan Ramadhan, anugerahkanlah lagi kepada kami bulan Ramadhan, dan bulan Ramadhan, dan bulan Ramadhan…

Suasana seperti ini bahkan berlarut hingga muncul ‘keheningan’ yang demikian heningnya pada malam hari raya Iedul Fitri. Bahkan suasana seperti ini masih begitu terasa, minimal ketika penulis mengalaminya di Mesir, selama studi di sana. Betapa malam Iedul Fitri sangat sepi dan hening, seolah mereka meratapi kepergian ‘tamu istimewa’ mereka, yaitu bulan Ramadhan. Tidak heran jika beberapa mahasiswa Indonesia yang pada malam tersebut sembab matanya, lantaran rindu dan teringat dengan suasana malam Iedul Fitri di tanah air, yang suasananya 180 derajat berbeda dengan suasana di Mesir.
Namun akankah kesedihan itu terus berlarut-larut, sementara ajal kita ditentukan oleh Allah SWT. Dan haruskan kita bersedih, sedangkan Iedul Fitri merupakan hari raya seluruh kaum muslimin, yang kita dianjurkan untuk bergembira pada hari tersebut? Lantas, amalan apakah yang seharusnya kita laksanakan menjelang maupun pada saat Iedul Fitri. Berikut penulis kutipkan beberapa hadits mengenai Iedul Fitri, semoga ada manfaatnya bagi kita semua.

Makna Iedul Fitri
Terdapat beberapa pendapat dalam memaknai Iedul Fitri, yang merupakan hari raya umat Islam di seluruh alam. Jika dilihat dari segi bahasanya, Iedul Fitri terdiri dari dua kata yaitu ( عيد ) dan ( فطر ). Dan masing-masing dari kata ini memiliki maknanya tersendiri :
#1. ( عيد ) Ada yang mengatakan bahwa Ied berasal dari kata ( عاد - يعود ) yang berarti kembali. Namun ada juga yang menterjemahkan Ied ini sebagai hari raya, atau hari berbuka. Pendapat yang kedua ini menyandarkan pada hadits :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ - رواه ابن ماجه
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Idul Fitri adalah hari dimana kalian berbuka, dan Idul Adha adalah hari dimana kalian berkurban.” (HR. Ibnu Majah)

#2. ( الفطر ) Ada yang menerjemahkan fitri dengan “berbuka” karena ia berasal dari kata ( أفطر ) yang memang secara bahasa artinya berbuka setelah berpuasa. Namun disamping itu, ada juga yang menerjemahkan fitri dengan “fitrah”, yang berarti suci dan bersih. Pendapat kedua ini menyandarkan pendapatnya pada hadits Rasulullah SAW :
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ - رواه البخاري
Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah seorang anak dilahirkan, melainkan ia dilahirkan dalam keadaan fitrah (bersih/ suci). Orangtuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Bukhari)
Dari maknanya secara harfiah ini, dapat disimpulkan adanya dua makna dalam menerjemahkan Iedul Fitri, yaitu :
#1. Iedul Fitri diterjemahkan dengan kembali kepada fitrah atau kesucian, karena telah ditempa dengan ibadah sebulan penuh di bulan ramadhan. Dan karenanya ia mendapatkan ampunan dan maghfirah dari Allah SWT.
#2. Iedul Fitri diterjemahkan dengan hari raya berbuka, dimana setelah sebulan penuh ia berpuasa, menjalan ibadah puasa karena Allah SWT, pada hari Idul Fitri ia berbuka dan tidak berpuasa sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT.

Penulis melihat bahwa kedua makna Iedul Fitri di atas adalah benar dan tepat. Dan kedua makna tersebut saling melengkapi dan tidak bertentangan sama sekali. Sehingga Iedul Fitri adalah hari raya umat Islam yang dianugerahkan oleh Allah SWT di mana insan dikembalikan pada fitrahnya dengan mendapatkan ampunan dari Allah SWT, sekaligus sebagai hari bergembiranya kaum muslimin dimana diperintahkan untuk makan dan minum (baca; berbuka) sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT. Oleh karena itulah, terdapat doa yang sering dibacakan sesama kaum muslimin ketika berjabat tangan dan saling memaafkan, yaitu :
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang kembali (kepada fitrah) dan sebagai hamba-hamba-Nya yang menang (melawan hawa nafsu). Dan semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita semua.1

Hanya terkadang, masyarakat kita lebih suka “menyunat” doa di atas, sehingga yang diucapkan hanya kalimat, ‘Minal Aidin Wal Fa’izin” saja. Bahkan lebih parah lagi ketika Minal Aidin Wal Faidzin ini diterjemahkan dengan mohon maaf lahir dan batin. Tetapi bisa kita maklumi karena keterbatasan masyarakat kita pada umumnya, asalkan masih dilandasi dengan niatan yang ikhlas hanya mengharap ridha Allah SWT, semoga tetap Allah catat sebagai amal ibadah di sisi-Nya.

Menghidupkan Iedul Fitri
Bagi kita semua saat ini, bagaimana kita dapat menghidupkan Iedul Fitri, atau dengan kata lain memaknai Iedul Fitri sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dari beberapa riwayat, terdapat beberapa hal yang disunnahkan untuk dilakukan pada malam Ied atau pada hari raya Iedul Fitri. Diantaranya adalah :
#1. Disunnahkan untuk Qiyamul Lail, pada malam hari raya Idul Fitri. Dalam sebuah riwayat digambarkan :
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَتَيْ الْعِيدَيْنِ مُحْتَسِبًا لِلَّهِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ - رواه ابن ماجه
Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melaksanakan qiyamullail pada dua malam Ied (Idul Fitri dan Adha), dengan ikhlas karena Allah SWT, maka hatinya tidak akan pernah mati di hari matinya hati-hati manusia. (HR. Ibnu Majah).

#2. Disunnahkan pada pagi hari raya Idul Fitri, untuk mandi, menggunakan minyak wangi dan berpakaian yang rapi. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :
عَنِ الْفَاكِهِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ قَالَ وَكَانَ الْفَاكِهُ بْنُ سَعْدٍ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالْغُسْلِ فِي هَذِهِ اْلأَيَّامِ
Dari Fakih bin Sa’d bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa mandi pada hari jum’at, hari Arafah, hari Idul Fitri dan hari Idul Adha. Dan Fakih (Perawi hadits ini) senantiasa memerintahkan keluarganya untuk mandi pada hari-hari tersebut. (HR. Ahmad)

Dalam riwayat lain juga digambarkan :
عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى - رواه مالك
Dari Nafi’, bahwasanya Abdullah bin Umar senantiasa mandi pada hari raya Idul Fitri, sebelum berangkat ke tempat shalat. (HR. Malik)

#3. Mendatangi tempat-tempat dilaksanakannya shalat Ied. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بَنَاتَهُ وَنِسَاءَهُ أَنْ يَخْرُجْنَ فِي الْعِيدَيْنِ - رواه أحمد
Dari Ibnu Abbas ra, bahwasanya Rasulullah SAW memerintahkan anak-anak wanitanya dan istri-istrinya untuk kelur (mendatangi tempat shalat Ied) pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. (HR. Ahmad)

Dalam riwayat lain dijelaskan :
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ - رواه البخاري
Dari Ummu Athiyah ra berkata, kami diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat, bahkan perawan di pingitannya dan wanita yang haid diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat Ied. Hanya mereka berposisi di belakang shaf kaum muslimin. Mereka bertakbir dengan takbir kaum muslimin, dan berdoa dengan doa kaum muslimin, dengan berharap keberkahan dan kesucian hari tersebut. (HR. Bukhari)

#4. Mendatangi tempat dilaksanakannya shalat Ied dengan berjalan kaki2 dan memakan sesuatu sebelum berangkat melaksanakan shalat Ied. Dalam sebuah riwayat dijelaskan :
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ مِنْ السُّنَّةِ أَنْ تَخْرُجَ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَأَنْ تَأْكُلَ شَيْئًا قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ - رواه الترمذي
Dari Ali bin Abi Thalib ra berkata, termasuk sunnah jika kamu keluar mendatangi tempat shalat Ied dengan berjalan kaki dan memakan sesuatu sebelum pergi ke tempat shalat Ied.” (HR. Turmudzi)

#5. Bertakbir mengagungkan Asma Allah SWT, dalam sebuah riwayat digambarkan :
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيَّضَ فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ - رواه البخاري
Dari Ummu Athiyah ra berkata, kami diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat, bahkan perawan di pingitannya dan wanita yang haid diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat Ied. Hanya mereka berposisi di belakang shaf kaum muslimin. Mereka bertakbir dengan takbir kaum muslimin, dan berdoa dengan doa kaum muslimin, dengan berharap keberkahan dan kesucian hari tersebut. (HR. Bukhari)

#6. Melalui jalan yang berbeda ketika berangkan dan pulang dari tempat dilaksanakannya shalat Ied. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ فِي طَرِيقٍ رَجَعَ فِي - رواه الترمذي
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW apabila pergi (ke tempat shalat Ied) pada hari Ied melalui satu jalan, maka beliau kembali dari tempat tersebut melalui jalan yang berbeda.”

#7. Saling bermaaf-maafan seraya mendoakan semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :
عَنْ خَالِدٍ بْنِ مَعْدَانٍ قَالَ لَقَيْتُ وَاثِلَةَ بْنَ اْلأَسْقَعِ فِيْ يَوْمِ عِيْدٍ فَقُلْتُ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ فَقَالَ نَعَمْ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ قَالَ وَاثِلَةٌ لَقَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَيْدٍ فَقُلْتُ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ قَالَ نَعَمْ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ - رواه البيهقي في الكبري
Dari Khalid bin Ma’dan ra, berkata, Aku menemui Watsilah bin Al-Asqo’ pada hari Ied, lalu aku mengatakan, ‘Taqabbalallah Minna Wa Minka”. Lalu ia menjawab, ‘Iya, Taqabbalallah Minna Wa Minka,’. Kemudian Watsilah berkata, ‘Aku menemui Rasulullah SAW pada hari Ied lalu aku mengucapkan ‘Taqabbalallah Minna Wa Minka’, kemudian Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, Taqabbalallah Minna Wa Minka’ 
(HR. Baihaqi Dalam Sunan Kubra).
#8. Boleh mengadakan hiburan pada hari raya Ied, dalam sebuah riwayat digambarkan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Bakar yang pada waktu itu (Hari Ied) menghardik dua hamba sahaya perempuan yang mendendangkan syair di ruma Aisyah :
يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيْدًا وَإِنَّ الْيَوْمَ عِيْدُنَا
Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum mempunyai hari raya, dan sesungguhnya hari ini adalah hari raya kita.” (HR. Nasa’I)


Shalat Iedul Fitri
Shalat Ied (Iedul Fitri dan Adha) hukumnya sunnah mu’akkadah, kecuali madzhab Abu Hanifah yang mengatakannya fardhu kifayah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ* فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ*
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (Al-Kautsar 1 – 2)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى* وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى*
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.” (Al-A’la 14 – 15)
Selain itu, Rasulullah SAW juga senantiasa melaksanakannya dan memerintahkannya termasuk kaum wanita dan anak-anak. Sebab kedua shalat ini merupakan bagian dari sejumlah syiar Islam, juga sebagai wujud dan iman dan takwa.
Berbeda dengan shalat biasa, shalat Ied ini dianjurkan untuk dilaksanakan di mushalla. Namun pengertian mushalla di sini berbeda dengan pengertian mushalla yang menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Mushalla adalah sebuah tempat (lapangan) yang besar yang dapat menampung lebih banyak kaum muslimin. Dalam riwayat Rasulullah SAW melaksanakan shalat Ied selalu di mushalla, kecuali pada suatu ketika saat turun hujan, maka beliau dan sahabatnya melaksanakannya di dalam masjid. Oleh karenanya jumhur ulama mengatakan lebih afdhal pelaksanaan shalat Ied di mushalla (lapangan), kecuali di Masjidil Haram. Sedangkan Imam Syafi’I mengatakan lebih afdhal di masjid, karena masjid merupakan tempat yang paling mulia di muka bumi. Kesimpulannya shalat Ied boleh dilaksanakan di mushalla ataupun di masjid yang besar yang dapat menampung banyak jamaah.
Adapun waktu pelasanaannya adalah pada saat matahari setinggi dua panah (menurut riwayat hadits). Di sunnahkan pada shalat Iedul Fitri dilaksanakan diakhirkan waktunya, sedangkan untuk Iedul Adha di awalkan. Hal ini agar kaum muslimin yang belum menunaikan zakat fitrahnya pada hari raya Idul Fitri memiliki kesempatan untuk menunaikannya. Sedangkan pada Idul Adha di awalkan, agar lebih cepat memotong hewan qurban agar dibagikan kepada kaum muslimin.
Sedangkan tatacara pelaksanaan shalatnya, dijelaskan oleh Al-Jaza’iri dalam Minhajul Muslim sebagai berikut :
“Hendaknya kaum muslimin keluar menuju tempat khusus untuk shalat Ied sambil takbir, sampai matahari meninggi kira-kira beberapa meter. Ketika itu, hendaklah imam berdiri untuk mengimami shalat Ied (tidak diawali azan maupun iqamat) sebanyak dua rakaat. Pada rakaat pertama ia takbir tujuh kali, di luar takbiratul ihram dan makmum mengikutinya. Kemudian ia membaca surat Al-Fatihah dan surat Al’A’la dengan suara keras. Pada rakaat kedua, hendaklah ia takbir lima kali diluar takbir saat berdiri dari rakaat pertama. Kemudian membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ghasyiyah atau Adhuha. Setelah ia salam, hendaknya ia bangkit berdiri untuk menyampaikan khutbah kepada jamaah…”

Bagaimana hukumnya dengan orang yang masbuq (terlambat) dalam melaksanakan shalat Ied? Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa ‘Siapa yang tidak mengikuti shalat Ied berjamaah, hendaklah ia shalat empat rakaat. Adapun bagi orang yang masih dapat mengikuti sebagian daripadanya bersama imam, sekalipun hanya tasyahud, hendaknya sesudah ia salah ia berdiri dan shalat dua rakaat sebagaimana lazimnya shalatnya orang yang masbuq dalam shalat-shalat lain.

Setelah selesai pelasanaan shalat, imam bangkit berdiri dan menyampaikan khutbahnya. Hukum mendengarkan khutbah pada shalat Ied adalah sunnah dan tidak wajib. Namun alangkah meruginya bagi yang enggan untuk mendengarkan khutbah pada hari raya kaum muslimin ini. Setelah selesai melaksanakan khutbah, dianjurkan untuk meninggalkan tempat, tanpa shalat sunnah lagi. Karena tidak disyariatkan untuk melaksanakan shalat sunnah baik sebelum maupun sesudah shalat Ied. Dan setelah itu dianjurkan bagi kaum muslimin untuk bersitaturahim dan bermaaf-maafan.

Hal-Hal Yang Dilarang Dan Dimakruhkan Dalam Idul Fitri
Seringkali manusia ‘terlena’ ketika telah mendapatkan suatu kenikmatan atau kesenangan tertentu. Tak terkecuali pada hari raya Idul Fitri, hari yang seharusnya menjadi ‘bukti’ kefitrahan jiwa dan hati kita dari perbuatan dosa. Namun terkadang tanpa kita sadari, beberapa hal yang dilarang atau dimakruhkan justru begitu marak di hari yang fitri ini. Berikut adalah hal-hal yang seyogianya kita hindarkan :
#1. Berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan (tabdzir)
Seringkali pada saat hari raya Iedul Fitri, karena begitu banyaknya makanan yang relatif istimewa, kita lupa dengan ‘kapasitas’ perut kita, sehingga terlalu banyak mengkonsumsi makanan. Baik makan besar maupun makan kecil. Sementara Allah SWT telah mengingatkan kita :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Dan makan dan minumlah kalian, tapi janganlah kalian berlebih-lebihan. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf 31)

#2. Berlebih-lebihan dalam berpakaian dan berdandan.
Seringkali pakaian yang bagus dan indah yang memang disunnahkan untuk dikenakan pada hari raya Iedul Fitri, menjadikan kita terjebak pada sifat berlebihan dalam berpakaian ataupun berdandan, sehingga terkadang ‘aurat’ tidak terjaga, atau berpakaian terlalu ketat, atau juga terlalu menyolok (baca; tabarruj). Sehingga dosa-dosa yang telah terampuni kembali masuk dalam diri kita. Oleh karenanya, sebaiknya dalam berpakaian tidak melanggar batasan-batasan syar’I, baik bagi pria maupun wanita. Allah SWT berfirman :

وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى
“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (Al-Ahzab 33)

#3. Berjabat tangan antara pria dan wanita yang bukan mahromnya.
Hal ini juga terkadang sering terlalaikan dalam merayakan Iedul Fitri terhadap sanak saudara, tetangga atau teman dan kerabat. Padahal berjabat tangan bagi yang bukan mahromnya adalah termasuk perbuatan yang dilarang. Dalam sebuah hadits digambarkan :

عَنْ عُرْوَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ عَنْ بَيْعَةِ النِّسَاءِ قَالَتْ مَا مَسَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ امْرَأَةً قَطُّ (رواه مسلم
“Dari Urwah ra, bahwasanya Aisyah memberitahukannya tentang bai’at wanita. Aisyah berkata, Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh dengan tangannya seorang wanita sama sekali.” (HR. Muslim)

#4. Berlebih-lebihan dalam tertawa dan bercanda.
Tertawa, bercanda, mendengarkan hiburan termasuk perkara yang dimubahkan terutama pada Iedul Fitri. Namun yang tidak diperbolehkan adalah ketika perbuatan tersebut berlebihan, sehingga melupakan kewajiban atau menjerumuskan pada sesuatu yang dilarang. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلاً وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. (Attaubah 82)

#5.Mengulur-ulur waktu shalat.
Dengan alasan silaturahmi atau halal bi halal keluarga besar atau kerabat maupun teman sejawat, seringkali ‘mengulur-ulur’ waktu pelaksanaan shalat. Hal ini juga bukan merupakan perbuatan yang baik. Karena seharusnya kita malaksanakan shalat pada waktunya, tanpa mengulur-ulurnya.

#6. Boros dalam pengeluaran uang.
Iedul Fitri juga sering menjadi ajang untuk menghambur-hamburkan uang pada sesuatu yang ‘manfaatnya’ kurang. Kecuali jika dalam rangka untuk memberikan santunan kepada kerabat keluarga yang membutuhkan, namun itupun juga tidak boleh berlebih-lebihan. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (Al-Furqan 67)

Inilah diantara hal-hal yang perlu kita hindarkan bersama, agar kita tidak kembali terjerumus dalam perbuatan maksiat dan dosa. Dan alangkah baiknya jika sesama muslim kita saling ingat mengingatkan, agar tercipta kehidupan yang diridhai oleh Allah SWT.

Penutup
Inilah sekelumit hal yang berkaitan dengan Iedul Fitri. Marilah kita mencoba mengamalkannya sesuai dengan tuntunan sunnah, dan menjauhi dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Agar makna fitri tersebut benar-benar lekat dengan diri kita. Dan jangan sampai justru ketika Iedul Fitri, menjadi “ajang” kemaksiatan bagi kita, setelah sekian lama dibersihkan dengan amal ibadah di bulan Ramadhan. Sehingga peningkatan demi peningkatan akan terealisasikan dalam diri kita, dan kita benar-benar menjadi insan yang bertakwa. Semoga Allah SWT menerima seluruh amalan kita, dan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H :

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang kembali (kepada fitrah) dan sebagai hamba-hamba-Nya yang menang (melawan hawa nafsu). Dan semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita semua.

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
 
http://rikzamaulan.blogspot.com/2010/09/memaknai-idul-fitri-sesuai-al-quran.html
Wallahu A’lam Bis Shawab
By. Rikza Maulan Lc., M.Ag

Kata Ucapan Lebaran & Idul Fitri 2014

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii-__eF_Foh6Njujg1YO-gwjXZxMCYKHt8lo_0LZaI76x-f02pQVNESy931uASb7qwEC6TmJa7I7R2BXgz9IIuFELG6XaXXJlzdPDKH4NAePTn01kzhE-kVYjfB8IfpcGGoISTJQJJywNy/Momen lebaran menjadi saat yang tepat untuk bermaaf-maafan. Pada hari yang fitri, menyambut kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh, hati kita kembali bersih bagaikan bayi yang baru lahir. Allah menjamin dosa orang yang berpuasa akan dilebur pada 1 Syawal.
Meskipun demikian, ada yang kurang. Bagaimana dengan kesalahan yang dilakukan kepada sesama manusai? Sehebat-hebatnya kita, sebersih-bersihnya kita, tentu ada saatnya melukai hati tetangga, saudara, rekan kerja dan sebagainya. Lebaran bisa digunakan untuk meminta maaf.
Jarak yang terbentang bukan lagi halangan. Teknologi sudah sangat membantu kita. Ucapan maaf melalui SMS, status BBM, facebook, dan twitter di bawah ini akan mengaitkan dua hati yang takbisa bertemu secara fisik, tapi saling memaafkan dari dalam hati.


Jika hati ini seringkali jengkel,
Jadikan ia jernih sejernih XL,
Jika hati ini seringkali iri,
Jadikan ia cerah secerah MENTARI,
Jika hati ini seringkali dendam
Jadikan ia penuh kemesraan FREN
Jika hati ini seringkali dengki
Jadikan ia penuh SIMPATI
Ahlan Wa Sahlan Wa Marhaban Ya Ramadhan
Bebaskan Diri dari ROAMING dosa,
Raihlah HOKI
Raihlah JEMPOL dari Illahi

3 tips SMART biar Lbaran HEPI & dapat SIMPATI
– buka Hati Xtra-Large
– Aktif dan EXIS silaturahmi
Saling bermaafan karna kita INsan berDOsa seSAT
Mari MENjmpuT Ampun dan RIdo Allah
Minal Aidzin Wal Faidzin
Met Lebaran ya …

Aku memang bukan matahari yang bisa membuatmu membedakan siang dan malam
Tapi setidaknya cahaya kecilku ini bisa berarti di hari raya ini…
minal aidzin walfaidzin

Kita hanya bisa angkat JEMPOL padaNya yang selalu buat kita HOKI dalam mencari kartu AS dan STAR ONE selama hidup, kita harus FLEXI-bel untuk menerima semua pemberianNYA dan menjalani MATRIX kehidupan ini … dan semoga amal kita tidak ESIA-ESIA. MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

Berbuat khilaf adalah sifat
Meminta maaf adalah kewajiban
Dan kembalinya Fitrah adalah tujuan
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN
Taqobalallahu minna wa minkum
Minal Aidin wal Faizin
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Selamat Hari Raya Idul Fitri
1 Syawal 1435 H

Izinkan saya bersajak
Untuk LISAN yang tak terJAGA
Untuk JANJI yang terABAIKAN
Untuk HATI yang berPRASANGKA
Untuk SIKAP yang meNYAKITKAN
Di hari yang FITRI ini, dengan TULUS HATI
Saya mengucapkan mohon MAAF LAHIR & BATHIN
Semoga ALLAH selalu membimbing kita Bersama di jalanNYA

Kalau saja di hari lalu tergores sebait kata salah
atau mungkin sepenggal laku yang bila
Aku berharap semoga di hari yang fitri ini
terbuka pintu maaf bagiku
“Minal Aidin Wal Faidzin”

Berdayung sampan sambil berdiri, hendak memancing si ikan patin
Dalam kesucian idul fitri ku mohon maaf lahir dan batin
Selamat menyambut hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin

Sebelum Ramadhan pergi
Sebelum Idul Fitri datang
Sebelum operator sibuk
Sebelum SMS pending mulu
Sebelum pulsa habis
Dari hati ngucapin “Minal Aidin Wal Faidzin”

Walau hati `gak sebening xl serta secerah mentari. banyak khilaf yang bikin fren kecewa, kuminta simpati-mu untuk bebas-kan diri dari roaming dosa

Tiada embun yang lebih bening tak hanya beningnya hati tulusnya jiwa buka pintu maaf minal aidin wal faizin mohon maaf lahir serta bathin

Bryan Adams said “please forgive me.. ”
Rio Febrian said “ooo.. maaf, maafkan diriku.. ”
Ruben Studdard said “well this is my sorry for 2014. ”
Yuni Shara said “mengapa tiada maaf bagiku. ”
Elton John said “sorry seems to be the hardest word.”
Mpok minah said “maaf.. bukannya saya ngak ngerti … bukannya saya tidak sopan.. ”
I said “minal aidin wal faizin.. ” sms lebaran 2014

Ketupat telah dipotong, opor telah dibikin, nastar telah di meja, kacang telah digaremin, tidak afdhol jika tidak minal aidin wal faizin taqobalallahu minna wa minkum sms lebaran 2014

Andai tangan tidak kuasa menjabat sekurang-kurangnya kata tetap bisa terungkap setulus hati mengucapkan selamat idul fitri, mohon maaf lahir & batin

Ridho allah serta barokahnya menyertai hambanya yang saling ucapkan maaf serta berikan maaf selamat hari raya idul fitri 1435 h maaf lahir batin

Bila langkahku membekas lara, kataku merangkai dusta ; lakuku menoreh luka ; dari jeritan lubuk bathinku dengan ketulusan hatiku komohonkan maaf lahir bathinku taqobalallahu minna wa minkum minal aidin wal faizin mohon maaf lahir serta bathin selamat hari raya idul fitri 1 syawal 1435 H

Sebelum saat takbir bergema sebelum saat ajal menjemput sebelum saat jaringan over load izinkan kami memohon maaf lahir serta bathin

Orang yang sangat mulia yaitu orang yang akan memaafkan kekeliruan orang lain bersihkan diri, sucikan hati di hari yang fitri ini.

Semoga kesucian hati bukan sekedar untuk idul fitri selamat idul fitri 1435 h mohon maaf atas kekeliruan serta kekhilafan kami sepanjang ini

Bulan ramadhan sudah berlalu, hari kemenangan sudah datang karenanya mari kita bersihkan hati serta jiwa kita dari gelimang dosa mohon maaf lahir serta bathin

Ramadhan sudah surut hari yang fitri sudah terbit maaf kumohonkan supaya hati bersih dari dosa minal aidin wal faizin

Mata terkadang salah lihat mulut terkadang salah mengucap hati terkadang salah menduga dengan kemauan tulus suci dengan ikhlas mohon maaf lahir serta bathin.

http://www.theteknologi.com/wp-content/uploads/2014/06/gambar-kartu-ucapan-idul-fitri.jpg



Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More